LA HAULA WALA KUWATA ILLA BILLAH

LA HAULA WALA KUWATA ILLA BILLAH
Dengan iman dan Akhlak kita menjadi kuat tanpa iman dan Akhlak kita menjadi lemah

Selasa, 18 Oktober 2011

Testimoni "Dahsyatnya Sedekah" (1) : Kurang Sedekah, Musibah Beruntun

Pengalaman : Dessi Zailina

Kurang Sedekah, Musibah Beruntun

Divonis jantung, Dessi Zailina (37) cuek saja. Ia tidak terlalu serius oleh diagnosa dokter. Ia pun tetap melakukan aktivitas.Padahal saat divonis, ia sedang hamil enam bulan. Ia tetap keluar rumah, beraktivitas. Akibatnya fatal, Dessi mengalami sesak nafas. Terpaksa ia menemui dokter lagi. Dokter pun merekomendasi supaya ke Spesialis Jantung. “ Jantung ibu bocor! ” ujar dokter. Ia pun dirujuk ke RS Jantung Harapan Kita, Jakarta.

Dessi bukannya nurut, malah minta pulang kampung ke Palembang, untuk ziarah ke orang tua suaminya, Mazrul Jamal (39). Bukannya naik pesawat, Dessi sama suami melalui jalan darat. Usai ziarah kubur, Dessi pun kembali sesak nafas. Pulang ke Jakarta, pembantu masih mudik. Makin capeklah Dessi. Tetapi dasar bandel, Dessi masih mau mengantar anaknya piknik ke Bandung. Sebagai akibatnya, balik ke Jakarta, sampai di rumah Dessi langsung lumpuh. Kaki kirinya tidak bisa digerakkan. Ke kamar mandi pun Dessi harus merangkak. Suami yang sedang di luar ditelepon,” Mah, mungkin itu karena asam urat tinggi,” simpul suami. Yang benar, kata dokter, efek dari jantung bocor!

Merasa sudah gawat, Dessi minta dirawat inap di klinik. Saat itu, bulan Nopember. Menurut dokter kandungan, Dessi akan melahirkan Desember. Pada hari ke-empat di klinik, Dessi anfal, sesak nafas hebat. “Saya sudah bilang ke suami, saya sudah nggak kuat, saya nggak kuat,” tuturnya.

Esok paginya, Dessi batuk darah. Tanggal 27 Nopember 2007, Dessi baru nurut masuk Harapan Kita. Di UGD dokter kebingungan. Sudah keadaan hamil tua, jantung bocor lagi! Tim dokter memutuskan, janin harus dikeluarkan. Resikonya sangat mengerikan: kematian salah satu dari keduanya, atau kedua-duanya!

“Alhamdulillah, resiko itu tidak sampai terjadi. Anak ke-empat saya lahir dengan bobot 2,2kilo,” tutur Dessi yang tinggal di Komplek Delta Mas, Cikarang.

Derita belum usai. Dua minggu setelah melahirkan, Dessi harus operasi jantung. Untungnya operasi lancar. Tetapi masa penyembuhannya, enam bulan. Biayanya? Hanya rumah yang tersisa. Mobil, tabungan, dan sebagainya amblas! “Pokoknya habis-habisan deh,” papar Dessi.

Masih belum cukup, selama Dessi dirawat, suami harus menunggu. Hasilnya, pegawai swasta itu pun dipecat. Perusahaan tidak mau tahu. Satu bulan absen, tidak ada toleransi: out! Apalagi ini bakal absen berbulan-bulan.

Apakah yang menyebabkan Dessi selamat menjalani proses yang menakutkan itu? Persalinan lancar, operasi jantung lancar? Dessi masih ingat anak yang sulung Aldi Perdana Ramadhan, saat itu masih kelas empat SD, mengingatkan bahwa apa yang terjadi pada ibunya karena satu hal yaitu: kurang sedekah. “Anak saya bilang, waktu itu saya masih terbaring lemah di RS, Mah mungkin Mamah kurang sedekah kali, Mah.” Saya agak tersentak, tapi saya menjawab, iya mungkin Mamah kurang sedekah.” Dessi akui saat itu tak terlalu serius menanggapi anaknya.

Tapi lama kelamaan, Dessi berpikir mungkin benar peringatan anaknya. “Mungkin memang kuncinya pada sedekah. Musibah beruntun ini karena saya dan suami kurang sedekah.” Ia pun menyampaikan hal itu ke suami. Alhamdulilah, suami tanggap. Ia pun segera memesan nasi kotak 130 buah. Nasi kotak itu dikirim kepanti asuhan milik temannya. Tak lupa, Dessi menulis surat untuk anak-anak yatim. “Saya minta didoakan supaya operasi jantung saya lancar.” Dan memang, operasi jantung Dessi lancar. Padahal ia baru melahirkan ‘paksa’ anaknya, yang harusnya lahir sebulan lagi itu.

Setelah semua tuntas, tuntas pula harta untuk biaya operasi. Suami pun kehilangan pekerjaan. Dengan sisa tabungan, Jamal suami Dessi membuka bengkel.

Ada yang mengherankan. Berkali-kali Aldi anaknya mengingatkan supaya jangan lupa sedekah. Dessi dan Jamal pun tiap bulan antar beras 50-100 kilogram ke panti asuhan milik temannya. Hasilnya, “Usaha suami saya lancar.” mobil dan tabungan yang habis, kini diganti Allah SWT dengan yang baru: “Kami memperoleh mobil itu Agustus 2008, walau nyicil membayarnya,” tutur Dessi.

Akhirul kisah, Dessi bersama suami Umroh, via Biro Haji & Umroh Wisata Hati.

Kaget juga Ustadz Yusuf Mansur mendengar kisah Dessi saat mereka bertemu di Madinah, 9 Juni 2009. “Subhanallah, Mah..ternyata ada yang lebih parah dari kita. Tetapi mereka, dengan barakah sedekah, selamat dari kebangkrutan,” tutur Dessi mengingat kata-kata Ustadz Yusuf. Yang lebih surprise lagi bagi Ustadz Yusuf, peringatan Allah melalui mulut anak Dessi sendiri yang baru kelas empat SD.

Sejak saat itu, Dessi dan suaminya, rajin bersedekah. Anaknya, Aldi, juga tak pernah lupa mengingatkan jika mama atau papanya lupa bersedekah. Di sekolah, Aldi memang diajarkan rutin bersedekah oleh gurunya. Misalnya, tiap Jumat ada Infak ke Surga, dalam bentuk sedekah beras atau uang. Bahkan ada kupon sedekah yang nilai per kupon Rp.5000. Kebiasaan sedekah ini, melekat erat di benak Aldi. Ibu Dessi dan suami, patut bersyukur pada Allah mempunyai anak sholih macam Aldi, dan tak lupa berterima kasih kepada sekolah tempat Aldi belajar, yang mendidik Aldi minded dengan amal sedekah itu. [ApikoJM]



Sumber: Buku Dahsyatnya Sedekah 2 (kumpulan testimoni)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar